KOTA INTAN
– ANANTA ZAKI DHANIO
– FITRA FIRMANSYAH
– DEWI KUSUMA PRABANDINI
– Lyndon Neri and Rossana Hu, Design and Research Office
we borrow from nature
the space upon which we build
[Tadao Ando]
Mengapa harus memberikan ‘beban’ pada tanah pinjaman alam
Kota-kota cagar budaya memiliki banyak warisan, seperti halaman sebagai lahan hijau dan hutan kota yang luas dan tempat untuk berkumpul dan berinteraksi yang harus dikembalikan kepada pemiliknya – alam.
DINDING SEJARAH – CITY WITHIN CITY
Berangkat dari sebuah narasi konsep Architecture for All [inclusive] bagaimana Kota Tua di area taman Kota Intan ini bisa melakukan revitalisasi sesuai perkembangan peradabannya. Dari masa lalu – cagar budaya, masa kini – revitalisasi dan masa – repopulasi depan dengan merespons lokasi setempat, menawarkan visi alternatif interaktif untuk masa depan komunitas yang akan berganti terus.
GENIUS LOCI
Berpikir dengan gagasan ‘semangat tempat’, kembali ke geografi, iklim, cahaya, dan terbuka yang dapat digunakan untuk menciptakan dialog dengan lingkungan secara luas. Mengambil inspirasi dari perairan sungai dan laut di dekatnya, desain bangunan berupaya juga merangkum alam pada intinya. Elemen tektonika yang sederhana namun penuh detail kelokalan. Desain ini berfokus pada penyederhanaan bentuk bangunan kota lama, memadukan arsitektur vernakular sebagai transisi yang inklusif, serta memulihkan keaslian makna kota cagar budaya.
INTERAKTIF
Pembangunan yang kolaboratif dan interaktif semakin langka karena memudarnya perspektif inklusif menjadi eksklusif, area luar ruangan semakin menyusut dan bahkan hilang.
“Arsitektur untuk Semua” menjadi tema yang menekankan bagaimana pendekatan arsitektur yang dapat berfungsi sebagai ruang kolaboratif dan interaktif untuk berbagai aktivitas. Desain ini bertujuan untuk mendobrak batasan antara ruang dalam dan luar ruangan yang biasanya terpisah, dan menggabungkannya untuk menciptakan pengalaman spasial baru.